Akademisi Universitas Guangdong saran Indonesia ambil peluang di GBA
Jumat,angka pengeluaran singapura 8 November 2024 22:36 WIB
Guangzhou, China (ANTARA) - Profesor manajemen/ekonomi Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS) William Hickey menyarankan Indonesia dapat mengambil lebih banyak peluang di kawasan Greater Bay Area (GBA), China, salah satunya melalui sektor manufaktur.
"Saya sarankan Indonesia dapat melakukan itu," ujar William, ketika ditemui seusai Konferensi Promosi Investasi Global untuk Guangdong, Hong Kong dan Makau Greater Bay Area di Guangzhou, China, Jumat.
Menurut penerima US Fulbright Professorships pada tahun 2003 dan 2009 tersebut, wilayah GBA yang terdiri dari Guangdong, Hong Kong dan Makau kini terus melakukan pembangunan demi mendongkrak perekonomian di sana.
Sejak dikembangkan tahun 2019, perekonomian di GBA China memang melesat cepat. Nilai outputekonomi di sana sekitar 14 triliun yuan (sekitar 1,96 triliun dolar AS) pada tahun 2023, melonjak dari 3,8 triliun yuan (533,5 miliar dolar AS) pada tahun 2018.
Baca juga: ANTARA tekankan kolaborasi media dalam forum investasi GBA China
Oleh karena itu, William melanjutkan, GBA memerlukan banyak komponen dan itu dapat diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Indonesia.
"Bisnis yang berkembang di GBA misalnya produksi tekstil dan lain-lain," tutur akademisi yang mendapatkan gelar PhD-nya dari Pennsylvania University, Amerika Serikat, itu.
Kemudian, William menambahkan, Indonesia pun dapat mengambil peran dalam perkembangan industri baterai kendaraan listrik GBA dengan memperkuat hilirisasi nikel dalam negeri.
Dengan industri nikel dalam negeri yang tangguh, William memprediksi Indonesia dapat menyokong pesatnya kemajuan kendaraan listrik di GBA.
Kementerian Investasi Indonesia/BKPM mencatat realisasi investasi di sektor hilirisasi pada Januari-Juni atau semester pertama 2024 mencapai Rp181,4 triliun.
Angka itu naik 21,9 persen secara tahunan (year on year), dengan rincian investasi di sektor nikel sebesar Rp80,9 triliun, tembaga Rp28 triliun, bauksit Rp5,1 triliun, dan timah Rp0,1 triliun.
"Dengan strategi yang tepat, hubungan Indonesia dan GBA di sektor tersebut dapat semakin erat," tutur William.
Baca juga: Jurnalis tekankan pentingnya media tingkatkan investasi Indonesia-GBA